TUGAS 1
BELAJAR PEMBELAJARAN
‘’Teori belajar dan teori mengajar’’
Disusun oleh :
Nama : Abdul wahid
Nim : 0110140055
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
2013
TEORI BELAJAR DAN TEORI MENGAJAR
1. Teori Belajar
Alasan mengapa seorang guru harus menguasai teori-teori
belajar:
Teori belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki
kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan
prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
Dengan demikian, tujuan mempelajari psikologi belajar adalah: (Mahfud, 1991:
10)
·
Untuk membantu para
guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing murid dalam proses
pertumbuhan belajar.
·
Agar para guru
memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik, sehingga murid bisa bertambah
baik dalam cara belajamya.
·
Agar para guru dapat
menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan efektif dengan jalan
mempelajari, menganalisis tingkah laku murid dalam proses pendidikan untuk
kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung, guna
meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khasanah
cara penyampaian yang kaya, memiliki pula kriteria yang dapat dipergunakan
untuk memilih cara-cara yang tepat di dalam menyajikan pengalaman belajar
mengajar, sesuai dengan materi yang akan disampaiakan. Kesemuanya itu hanya
akan diperoleh jika guru menguasai teori-teori belajar.
Macam-macam teori belajar:
a. Teori
Belajar Menurut Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk paling dasar dari belajar adalah
“trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar
koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1) Hukum Kesiapan (law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu
kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak.
Masalah-masalah yang terjadi dalam hukum Law of Readiness:
a) Masalah pertama hukum law of readiness
adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa
puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
b) Masalah kedua, jika ada kecenderungan
bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan.
Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasannya.
c) Masalah ketiganya adalah bila tidak ada
kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan.
Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasannya.
2) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu
semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang
merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan,
tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau
dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah
ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3)
Hukum akibat (law of
effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai
hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung
dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang
diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
b. Teori
Belajar Menurut Skinner
B.F. Skinner
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali
atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1)
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa,
jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
2)
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3)
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4)
Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk
itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5)
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas
sendiri.
6) Tingkah laku yang
diinginkan pendidik, diberi hadiah.
7) Dalam pembelajaran digunakan shaping.
c. Teori Belajar
Menurut Robert M. Gagne
Gagne membagi proses belajar
berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
1) Fase Receiving the stimulus situation
(apprehending),
merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap
artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara.
2) Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat
memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan
menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3) Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada
informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang,
melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke
memori jangka panjang.
4) Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau
memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak
utama, yaitu (5) fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, (6) fase generalisasi
adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih
meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan
informasi baru tersebut. (7) Fase penampilan adalah fase dimana
siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari
sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat
kalimat yang benar, dan (8) fase umpan balik, siswa harus
diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).
d. Teori Belajar Menurut Bruner
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada
dirinya.
Agar
pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam
mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi
pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/
pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran
(struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara
sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika
pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model
tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
1) Model Tahap
Enaktif
Dalam tahap ini
penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam
memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2) Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik,
yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery),
gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi
kongkret yang terdapat pada tahap enaktif.
3) Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini
bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul atau
lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu
simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang
abstrak yang lain.
e. Teori
belajar Menurut Piaget
Dalam pandangan
Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh
pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah
terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu
asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu
menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui
perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :
1)
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama
piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik.
2)
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget,
pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3)
Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.
4)
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan
terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap
tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai
dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap
tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang
bersangkutan
.
f. Teori Belajar Menurut
Ausubel
Ausubel (dalam
Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful)
jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat
mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel
(dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada
dua jenis belajar:
1)
Belajar bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses
belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar
mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
2) Belajar menghafal
(rote learning)
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada
maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar
menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia
pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu
sebelumnya.
Menurut Ausubel belajar dapat
diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui penerimaan
atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa
hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan
struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur
kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Langkah – langkah belajar bermakna
Ausubel adalah :
1)
Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk
membantu mengaitkan konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi
maknanya.
2)
Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada
pengembangan dan kolaborasi konsep- konsep. Caranya unsur yang inklusif
diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru lebih mendetail.
2.TEORI MENGAJAR
Mengajar pada hakekatnya adalah
kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar untuk merubah tingkah laku atau
memberikan keterampilan baru kepada seseorang.
Beberapa teori mengajar antara lain adalah:
A.
TEORI
MENGAJAR BRUNER
Dalam teori ini dapat diimpulkan bahwa
dalam mengajar guru harus :
1.
Menguraikan pengalaman yang akan
ditempati
2.
Menguraikan Batang Tubuh organisasi
pelajaran
3.
Menguraikan secara sistematis pokok
bahasan yang akan disajikan
4.
Menguraikan panutan
Cara penyajian mengajar ini adalah :
1. Sibolik, berupa penggunaan bahasa dalam
penyajian ide objek denganmemperhatikan (perkembangan kejiwaan anak)
2.
Ikonik berupa penggunaan gambar dalam
penyajian konsep terhadap siswa penyajian ini bersifat abstrak
3.
Enaktif berupa kegiatan kognitif dalam
bentuk gerak psikomotor, artinya si pelajar dan guru langsung mepraktek apa
yang diajarkan.
Konsep – konsep teori mengajar adalah:
1.
Bahan pengait – bahan pembantu untuk
pembuat materi
2.
Belajar bermakna :
a)
Makna logis – tak perlu di perdebatkan
b)
Makna psikologis – menurut individu
Dalam belajar mengajar Kondisi belajar
(penataan siswa belajar) juga harus diperhatikan, hal ini mencakup :
1. Motivasi
2. Arah
minat
3. Evaluasi
hasil
B.
TEORI MENGAJAR
AUSUBEL
Dalam teori mengajar Ausubel bahwa
mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa. Inti utama
dalam mengajar ialah mengindentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan
menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaimana
menstrukturkannya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk dipahami
sebagai sesuatu kebulatan pengetahuan yang utuh. konsep - konsepnya antara
lain:
1.
Bahan Pengait
Hal ini berupa bahan materi pelajaran
lain akan tetapi sangat mendukung dan berkaitan dengan materi yang akan atau
sedang diajarkan, sehingga guru dituntut untuk tahu dan dapat mempelajari
bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi yang disaksikan. Seperti jika
seorang guru menerangkan gerhana materi total maka bahan pengaitannya adalah
perdasaran planet.
2.
Belajar Bermakna
Dengan mempelajari bahan pelajaran
dengan berusaha menghayati makna logis makna psikologis dari materi yang
disajikan. Adapun makna logis dan psikologis.
•
Makna logis, yaitu makna yang tidak
terbantah kebenarannya. Atau sudah mutlak kebenaranya
•
Makna psikologis, yaitu makna menurut
persepsi seseorang terhadap yang diterimanya, sehingga bisa saja makna
psikologis ini akan berbeda-beda masing-masing orang.
C.
TEORI MENGAJAR GAGNE
mengajar sesungguhnya adalah
penataan situasi dan kondisi belajar seseorang, dan orang yang belajar itulah
yang sesungguhnya yang akan berusaha untuk mencari sendiri, sedangkan guru
hanya akan menata situasi sedemikian rupa. Dalam menata situasi mencakup
beberapa hal antara lain adalah :
1.
Motivasi
2.
Arah minat dan perhatian
3.
Evaluasi hasil belajar
Prinsip-prinsip belajar adalah :
1.
Tujuan belajar harus diketahui anak
2.
Tujuan belajar perkalian dengan
kehidupan anak
3.
Tujuan berharga bagi siswa
4.
Proses dan hasil belajar berpusat
berhubungan dari acuan
5.
Dalam proses siswa terlibat dan
mengalami
6.
Anak didik bereaksi suatu keseluruhan,
jasmani dan rohani
7.
Siswa akan bereaksi apabila lingkungan
mengandung arti baginya
8.
Dalam belajar anak memerlukan bimbingan
9.
Yang diperoleh dari belajar adalah
suatu kesatuan atau tidak terpotong-potong
10.
Harus ada tujuan sampingan selain
tujuan utama.